Partai Islam Tak Pernah Berani Nyapres

Seandainya partai-partai berbasis Islam bisa bersatu, satu paket calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dapat muncul pada pemilihan presiden 2009 ini. Kenyataannya, partai-partai ini hanya mampu sebagai pendukung. Mengapa?

Islam politik di Indonesia belum menunjukkan visi perjuangan yang jelas. Sekilas, semua partai di Indonesia menampilkan irama yang sama. Dikotomi antara partai Islam dan nasionalis hanya dijadikan sebagai jargon kampanye mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Akibatnya, partai-partai berbasis Islam tak pernah diperhitungkan.

Berbeda dengan dinamika politik di negara-negara berbasis Islam lainnya. Di Turki, misalya, kekuatan Islam politik menjadi demikian dominan melalui pertarungan partai berbasis Islam dan sekuler. Meskipun Turki adalah negara yang mayoritas berpenduduk muslim, tetapi negara sekuler bentukan Mustafa Kemal Attaturk itu telah lama dideklarasikan sebagai negara sekuler. Namun partai berbasis Islam mampu mendominasi parlemen dan merebut kursi presiden melalui kemenangan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).

Sementara itu, dalam sejarah Pemilu di Indonesia, partai-partai Islam tak pernah mampu memenangkan pemilu. Pada Orde Lama, beberapa partai Islam seperti Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan Partai Syarikat Islam Indonesia hanya mampu membayang-bayangi partai nasionalis seperti Partai Nasional Indonesia. Demikian juga Orde Baru, Partai Persatuan Pembangunan sebagai representasi dari partai berbasis Islam menuai nasib yang sama. Sementara era reformasi dimana di awal telah menggeliat dengan jargon-jargon syari’at Islam kian tenggelam.

Hingga menghadapi pemilu 2009 ini, partai-partai berbasis Islam seperti PKS, PKB, PPP, dan PAN hanya mampu menjadi partai kelas tengah. Bahkan PBB, PBR, PKNU, PMB, PPNUI, harus kandas masuk parlemen karena jauh dari standar parlliamentary treshold 2,5% suara nasional.

Aka tetapi, jika saja partai-partai berbasis Islam tetap komitmen dengan ideologi yang diusung, maka semestinya partai seperti PKS, PKB, PPP dan PAN bisa bersatu mengusung calon presiden dan wakil presiden. Karena berdasarkan prosentase perolehan suara nasional partai kelas tengah yang ditambah dengan partai-partai Islam yang tak lolos parliamentary treshold, maka prosentase syarat pengajuan capres dan cawapres telah terpenuhi.

Sebaliknya, dinamika politik partai-partai Islam cenderung pragmatis. Menurut Jurubicara Hizbutahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, faktor yang menyebabkan partai-partai Islam tidak mengajukan capres karena elit-elit parpol Islam cenderung pragmatis dan tidak adanya solidarity maker.

“Pragmatisme parpol Islam menjadi pemicu konstituen muslim tidak lagi percaya terhadap elit-elit partai berbasis Islam. Sepanjang, sejarah bangsa Indonesia partai-partai Islam tidak pernah melakukan koalisi strategis. Koalisi yang dibangun selalu koalisi taktis,” terang aktifis organisasi pengusung faham politik khilafah ini.

Sementara itu, menurut fungsionaris DPP PPP, Zaini Rahman, faktor yang menyebabkan partai-partai Islam tidak mencalonkan presiden dan wakil presiden adalah karena tidak adanya titik temu secara ideologis antara partai yang berazaskan Islam dan partai yang memiliki konstituen muslim. Namun faktor utamanya, peluang capres dari kalangan partai barbasis Islam itu juga tipis.

“Meskipun seandainya partai PPP, PKB, PAN dan PKS bergabung, maka suara yang didapat tidaklah signifikan. Malah belum pernah ada sejarahnya partai-partai yang berbasis Islam melakukan koalisi,” katanya.

Partai-partai Islam harus puas dengan hanya sebagai pendukung partai pengusung utama capres-cawapres. Pada pilpres 2009 ini, hampir semua partai berbasis Islam akhrinya nyatu untuk mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono sebagai capres-cawapres pada pilpres 2009 yang diusung oleh partai Demokrat.

Selebihnya, partai-partai kecil seperti PKNU, PPNUI, menyebar ke dua pasangan capres-cawapres lainnya yaitu pasangan Megawati Soekarno Putri- Prabowo Subianto (Mega-Pro) yang diusung oleh koalisi pimpinan PDI Perjuangan dan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) yang diusung oleh koalisi pimpinan Partai Golkar.lukman/musim

0 komentar: