Lolos PT, PKB Lulus Ujian

Sistem parliamentary treshold (PT) telah menyingkirkan banyak partai politik ternama dari Senayan. Maka, bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kemampuan melampaui angka 2,5 persen suara nasional adalah prestasi tersendiri karena mampu bertahan di tengah krisis.

Pasca kemenangan kubu Muhaimin Iskandar dalam ‘perebutan’ struktur, Partai Kebangkitan Bangsa banyak kehilangan kader potensial. Sementara itu, kepemimpinan Cak Imin –demikian ketua dewan tanfidz DPP PKB– yang dilegitimasi menjelang pemilihan umum (pemilu) legislatif itu tak mempunyai banyak waktu untuk membenahi struktur kepengurusan di daerah-daerah dan menyiapkan calon anggota legislatif (caleg). Partai berbasis Nahdlatul Ulama (NU) itu pun tengah mengalami upaya penggembosan. Inilah masa-masa krisis bagi PKB sekaligus menjadi ancaman dalam menghadapi sistem yang menggantikan electoral treshold (ET) itu.

Banyak kalangan yang memprediksi bahwa PKB akan tenggelam. Ternyata pasca penghitungan suara, fungsionaris DPP PKB masih bisa tersenyum. Meski memang banyak kehilangan suara pemilu 2004, PKB masih bisa melenggang ke Senayan. Setidaknya, PKB lebih beruntung dari partai-partai seperti Partai Damai Sejahtera (PDS) atau Partai Bintang Reformasi (PBR) yang pada pemilu 2004 mampu membentu fraksi sendiri di DPR, kini terpaksa harus terpental. Atau nasib beberapa caleg dari Partai Bulan Bintang (PBB) seperti Hamdan Zulva, misalnya yang terpaksa gigit jari karena gagal menduduki kursi DPR. Padahal perolehan suaranya sangat signifikan dan tentu saja jika partainya lolos PT, ia dengan mulus akan melenggang menuju senayan.

Menurut ketua DPP PKB, Marwan Ha’far, soliditas kalangan muda turut menentukan nasib partainya. Menyadari dinamika internal yang berkembang, justeru membuat tim pemenangan lebih solid dan bekerja keras. Mereka menyadari betul bahwa kondisi internal mengancam eksistensi PKB sebagai partai pememang ke tiga pada pemilu 2004 silam.

Tetapi, itulah yang membuat PKB semakin matang. Setidaknya, PKB telah mengalami empat fase rawan yaitu, fase pertama adalah masa dimana PKB digembosi yang mengakibatkan suara PKB menurun di hampir semua hasil survey. Lalu, pada fase kedua dan ketiga, banyak basis PKB yang umumnya dari kalangan NU berpindah afiliasi politik ke Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) di bawah kepemimpinan Chairul Anam. Inilah fase ke empat di mana PKB dipimpin dan diwarnai oleh kalangan muda. Dan, terbukti mampu mempertahankan kader-kadernya di DPR.

“Sebagian besar pengurus PKB adalah pemuda yang cenderung energic, dan kreatif. ini yang menyebabkan partai Kebangkitan Bangsa tetap di minati oleh masyarakat,” katanya.

Faktor lain, tambah Marwan, kehadiran artis sebagai caleg PKB juga berkonstribusi besar. Sejumlah artis muda bergabung dengan PKB seperti Tengku Firmansyah caleg dari Dapil Aceh, Gita KDI Jawa Barat dan Ahmad Dhani tentu saja turut menyumbangkan suara.

Namun tak bisa dipungkiri, bahwa suara PKB mengalami penurunan. Ukurannya adalah suara PKB di Jawa Timur. Jika pada Pemilu 2004, PKB mampu memonopoli suara di propinsi dengan penduduk terpadat yang berbasis utama warga nahdliyyin itu, ternyata pada pemilu 2009 harus puas berada di posisi ketiga setelah Partai Demokrat dan PDI Perjuangan. Perubahan suara yang terjadi di Jawa Timur tentu saja berpengaruh kepada perolehan suara nasional dan perolehan kursi di parlemen. Jika sebelumnya PKB menempati urutan tiga besar, dan perolehan kursi menjadi urutan ke ke tujuh. PKB mengumpulkan sekitar 26 kursi (4,64%) di Senayan.

Namun demikian, setidaknya PKB masih bisa bertahan dan bisa menujukkan bahwa hasil survel berbagai lembaga survey meleset. Di mana, berbagai lembaga survey seperti Lembaga Survey Indonesia, Lingkar Survey Indonesia dan LaKSNU memposisikan PKB pada suara tak lebih dari 2,5% suara nasional.musim

0 komentar: